Kamis, 19 Februari 2015 1 Comments

Demam Berdarah


Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah.

Penyebab
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang menamakan dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan bagian dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus lainnya juga merupakan bagian dari famili yang sama dan menyebabkan penyakit pada manusia.

Tanda dan Gejala
Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa. Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus dengue. Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.

Penularan
Dengue virus ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat menginfeksi manusia. Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus. Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8 hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari binatang. Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.

Klasifikasi
Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi, demam dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah. Sebelum ini, pada 1997, WHO telah membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak dapat digolongkan), demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara lama pembagian dengue ini harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara tersebut terlalu membatasi: tidak mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue. Meskipun klasifikasi dengue telah diubah secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih sering digunakan.
Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat fase, yang disebut tingkat I–IV:
  • Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil tes tourniquet yang positif.
  • Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain tubuhnya.
  • Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.
  • Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan darah dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan. Tingkat III dan IV disebut "sindrom renjatan dengue."
Pemeriksaan Laboratorium
Demam dengue dapat didiagnosis menggunakan pengujian laboratorium mikrobiologis.  Beberapa tes berbeda dapat dilakukan. Satu tes (isolasi virus) mengisolasi (atau memisahkan) virus dengue dalam kultur (atau sampel) sel. Tes lainnya (deteksi asam nukleat) mencari asam nukleat dari virus, menggunakan teknik yang disebut reaksi rantai polimerase (PCR). Tes ketiga (deteksi antigen) mencari antigen dari virus. Tes lainnya mencari beberapa antibodi di dalam darah yang dibuat oleh tubuh untuk memerangi virus dengue. Tes isolasi virus dan deteksi asam nukleus bekerja lebih baik daripada deteksi antigen. Namun, tes ini lebih mahal, sehingga tidak tersedia di banyak fasilitas kesehatan. Apabila dengue masih dalam tahap awal penyakit, semua hasil tes mungkin negatif (berarti bahwa hasil tes tersebut tidak menunjukkan bahwa pasien menderita penyakit tersebut).
Kecuali tes antibodi, tes laboratorium hanya dapat mendiagnosis demam dengue selama fase akut (awal) dari penyakit tersebut. Namun, tes antibodi dapat memastikan bahwa orang tersebut menderita dengue dalam fase berikutnya dari infeksti tersebut. Tubuh membuat antibodi yang secara khusus memerangi virus dengue setelah 5 hingga 7 hari.

Pencegahan
Penyakit ini bisa dicegah dengan cara 3M plus, yaitu :
1.Menguras
2.Menutup
3.Mengubur
Plus pakailah selalu lotion anti nyamuk untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit DB ini. Shafa’s…
Rabu, 18 Februari 2015 0 Comments

TBC Kelenjar

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pemasok penderita TBC terbesar di dunia  setelah  China dan India.  Penyakit TBC yang selama ini dikenal, selalu dihubungkan dengan organ paru-paru. "Jika disebut seseorang menderita TBC langsung terpikir di kepala kita kalau yang terkena adalah paru-parunya. Walaupun pada kenyataannya penyakit ini ternyata dapat menyerang seluruh  organ tubuh manusia bukan saja paru-paru," tulis Dr. Ari Fahrial Syam Spesialis Penyakit Dalam Gastroentero-Hepatologis di RSCM dalam penjelasannya di milis Wartawan Kesehatan, Minggu  (30/5). Terkait dengan hal itu, dikenal istilah TBC ekstra paru. Beberapa penyakit TBC ekstra paru yang dapat ditemukan antara lain TBC kelenjar, TBC usus, TBC kulit, Meningitis TB, TBC ginjal, TBC hati. "Yang jelas penyakit TBC ini bisa menyerang organ tubuh selain paru," terang Dr. Ari.

TBC kelenjar terutama ditemukan di sekitar leher, berupa pembesaran kelenjar getah bening. Jika sampai pecah dan menembus kulit disebut sklofuloderma. "Pasien dengan pembesaran kelenjar getah bening memang harus kita duga TBC kelenjar sebagai penyebabnya. Mengingat angka kejadian TBC yang masih tinggi di masyarakat kita," lanjutnya. Jika dokter menduga ada TBC kelenjar, lanjut Dr Ari, maka pemeriksaan ke arah TBC paru harus dilakukan seperti foto thorax dan pemeriksaan Montoux. Pemeriksaan lab seperti LED perlu dilakukan. Jika pemeriksaan paru tidak ditemukan kemungkinan TBC, maka pemeriksaan histopatologi dari jaringan kelenjar getah bening yang diambil secara biopsi dapat memastikan penyakit TBC kelenjar jika ditemukan gambaran histologi sesuai penyakit TBC. Adanya gejala umum selain adanya pembesaran kelenjar getah bening juga mesti dievaluasi. Secara umum gejala awal penyakit ini tidak spesifik, yaitu adanya demam yang tidak terlalu tinggi  (biasanya kurang dari 38 derajat Celcius), keringat pada malam hari, rasa tidak enak badan dan berat badan turun. Empat gejala utama ini kadang tidak diperhatikan pada awalnya oleh pasien yang mengalami penyakit ini.

"Pasien biasanya hanya menganggap keluhan-keluhan ini hanya kelelahan biasa saja dan  umumnya mereka mencoba untuk mengatasi sendiri dengan menggunakan obat-obat yang dibeli di warung  atau  dengan  mengonsumsi suplemen-suplemen baik yang berbentuk cair maupun kapsul," imbuh Dr. Ari. Biasanya keadaan membaik sesaat dan pasien merasa tetap letih dan badan cepat terasa lelah dan tidak merasa enak badan.

Bagaimana mengobatinya? Penyakit ini dapat disembuhkan dan pengobatannya membutuhkan waktu yang  panjang. Pasien yang sudah dipastikan menderita sakit TBC minimal harus minum obat selama 6 bulan.
Menurut Dr. Ari, pada pasien TB ekstra paru seperti TBC kelenjar pengobatan bisa lebih lama. Pada 2 bulan pertama pada umumnya pasien yang menderita TBC harus minum obat minimal sebanyak 4 macam obat antara lain yang sering digunakan sebagai pengobatan pertama yaitu rifampisin, isoniasid (INH), pirazinamid dan ethambutol. "Terus terang kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa  minum obat dengan berbagai macam dan jangka waktu yang panjang membuat kepatuhan seseorang akan berkurang," ujarnya.
Selain itu obat TBC yang berbagai macam ini kadang kala menimbulkan efek samping pada pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Kepatuhan dan keinginan untuk sembuh adalah syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang menderita TBC. Oleh karena itu bagi penderita TBC ada 2 hal yang selalu diperhatikan, yaitu kesembuhan diri sendiri dan tidak menularkan kepada orang lain.

Saat ini bagi masyarakat tidak mampu disediakan obat anti TBC gratis yang disediakan di puskesmas kelurahan dan kecamatan. "Yang terpenting adalah segera mendeteksi anggota keluarga yang mempunyai gejala-gejala terinfeksi TBC dan segera membawa ke puskesmas untuk dievaluasi  lebih lanjut dan jika terbukti menderita TBC masuk dalam program pengobatan TBC yang saat ini diberikan cuma-cuma," lanjut Dr. Ari. Selain pengobatan dengan berbagai obat pasien yang mengalami menderita TBC juga harus terus menerus memperhatikan makanannya, misalnya dengan selalu mengonsumsi makanan yang bergizi.

BELANTARA INDONESIA

by admin :

by admin :
Ponkesdes Sumber Waru. Diberdayakan oleh Blogger.
 
;