Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara pemasok penderita TBC
terbesar di dunia setelah China dan India. Penyakit TBC yang
selama ini dikenal, selalu dihubungkan dengan organ paru-paru. "Jika disebut seseorang menderita
TBC langsung terpikir di kepala kita kalau yang terkena adalah paru-parunya. Walaupun pada kenyataannya penyakit ini ternyata dapat menyerang seluruh
organ tubuh manusia bukan saja paru-paru," tulis Dr. Ari Fahrial Syam
Spesialis Penyakit Dalam Gastroentero-Hepatologis di RSCM dalam penjelasannya
di milis Wartawan Kesehatan, Minggu (30/5). Terkait dengan hal itu, dikenal istilah TBC ekstra paru.
Beberapa penyakit TBC ekstra paru yang dapat ditemukan antara lain TBC
kelenjar, TBC usus, TBC kulit, Meningitis TB, TBC ginjal, TBC hati. "Yang
jelas penyakit TBC ini bisa menyerang organ tubuh selain paru," terang Dr.
Ari.
TBC kelenjar terutama ditemukan di sekitar leher, berupa pembesaran kelenjar
getah bening. Jika sampai pecah dan menembus kulit disebut sklofuloderma. "Pasien dengan pembesaran kelenjar
getah bening memang harus kita duga TBC kelenjar sebagai penyebabnya. Mengingat
angka kejadian TBC yang masih tinggi di masyarakat kita," lanjutnya. Jika dokter menduga ada TBC kelenjar,
lanjut Dr Ari, maka pemeriksaan ke arah TBC paru harus dilakukan seperti foto
thorax dan pemeriksaan Montoux. Pemeriksaan
lab seperti LED perlu dilakukan. Jika pemeriksaan paru tidak ditemukan
kemungkinan TBC, maka pemeriksaan histopatologi dari jaringan kelenjar getah
bening yang diambil secara biopsi dapat memastikan penyakit TBC kelenjar jika
ditemukan gambaran histologi sesuai penyakit TBC. Adanya gejala umum selain adanya pembesaran kelenjar getah
bening juga mesti dievaluasi. Secara umum gejala awal penyakit ini tidak
spesifik, yaitu adanya demam yang tidak terlalu tinggi (biasanya kurang
dari 38 derajat Celcius), keringat pada malam hari, rasa tidak enak badan dan
berat badan turun. Empat gejala utama ini kadang tidak diperhatikan pada
awalnya oleh pasien yang mengalami penyakit ini.
"Pasien biasanya hanya menganggap keluhan-keluhan ini hanya kelelahan
biasa saja dan umumnya mereka mencoba untuk mengatasi sendiri dengan
menggunakan obat-obat yang dibeli di warung atau dengan
mengonsumsi suplemen-suplemen baik yang berbentuk cair maupun kapsul," imbuh
Dr. Ari. Biasanya keadaan membaik
sesaat dan pasien merasa tetap letih dan badan cepat terasa lelah dan tidak
merasa enak badan.
Bagaimana mengobatinya? Penyakit ini dapat disembuhkan dan pengobatannya
membutuhkan waktu yang panjang. Pasien yang sudah dipastikan menderita sakit
TBC minimal harus minum obat selama 6 bulan.
Menurut Dr. Ari, pada pasien TB ekstra paru seperti TBC kelenjar pengobatan
bisa lebih lama. Pada 2 bulan pertama pada umumnya pasien yang menderita TBC
harus minum obat minimal sebanyak 4 macam obat antara lain yang sering
digunakan sebagai pengobatan pertama yaitu rifampisin, isoniasid (INH),
pirazinamid dan ethambutol. "Terus
terang kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa minum obat dengan
berbagai macam dan jangka waktu yang panjang membuat kepatuhan seseorang akan
berkurang," ujarnya.
Selain itu obat TBC yang berbagai macam ini kadang kala menimbulkan efek
samping pada pasien yang mengonsumsi obat tersebut. Kepatuhan dan keinginan
untuk sembuh adalah syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang menderita
TBC. Oleh karena itu bagi penderita TBC ada 2 hal yang selalu diperhatikan, yaitu kesembuhan diri sendiri dan
tidak menularkan kepada orang lain.
Saat ini bagi masyarakat tidak mampu disediakan obat
anti TBC gratis yang disediakan di puskesmas kelurahan dan kecamatan.
"Yang terpenting adalah segera mendeteksi anggota keluarga yang mempunyai
gejala-gejala terinfeksi TBC dan segera membawa ke puskesmas untuk
dievaluasi lebih lanjut dan jika terbukti menderita TBC masuk dalam
program pengobatan TBC yang saat ini diberikan cuma-cuma," lanjut Dr. Ari. Selain
pengobatan dengan berbagai obat pasien yang mengalami menderita TBC juga harus
terus menerus memperhatikan makanannya, misalnya dengan selalu mengonsumsi
makanan yang bergizi.
0 Comments:
Posting Komentar