Sabtu, 18 Mei 2013

Moestadjab Sartimin, Veteran 45 yang Terlupakan

Moestadjab Sartimin, seorang veteran 45 yang saat ini tinggal di sebuah desa, tepatnya desa Sumber Waru kecamatan Binakal-Bondowoso. Usianya sudah tidak muda muda lagi. Tahun 2013 ini beliau genap berusia 91 tahun. Tapi jangan salah, rambut boleh memutih, kulit boleh berkeriput, tenaga boleh tak seperti dulu lagi tapi semangat tetap melekat di hati sang kakek. Dikediamannya yang bersih, sejuk dan masih asri (daerah pegunungan) beliau tinggal bersama dua keponakan yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri. Karena kebetulan beliau memang tidak memiliki anak. Sebenarnya ada empat keponakan yang dulunya tinggal bersama beliau namun yang dua harus ikut suami mereka masing2. Satu di Surabaya dan satunya lagi di Sulawesi. Foto yang terbuat dari arsiran pensil terpampang rapi di pigora di ruang tamu rumah beliau.
Dalam kesehariannya praktis tidak banyak yang dilakukan beliau. Mungkin yang rutin hanyalah berolah raga pada pagi hari sebelum matahari terbit, kemudian memotong kayu bakar yang ada di halaman belakang, dan ketika matahari mulai naik sepenggalah beliau duduk di kursi depan sambil menikmati suasana pada hari itu. Sungguh tenang kehidupan yang beliau jalani saat ini. Memang sekilas tak berbeda dengan orang biasanya, namun ketika kita lihat ke belakang sederet prestasi mentereng yang beliau torehkan. Tidak hanya itu, beliau juga salah seorang saksi sejarah yang masih hidup sampai saat ini. Semua kejadian masa lalu beliau ingat semuanya, tanpa ada yang terlupakan. Meskipun kini pendengaran beliau harus dibantu dengan alat, beliau tampak sangat menikmati segalanya. Ketika beliau bercerita, serasa terbawa ke peristiwa sebenarnya. Karena selama ini kita (penulis utamanya) hanya tahu sejarah lewat buku, maka ini merupakan kesempatan terbaik saya ketika mendengar langsung dari saksi sejarah-nya. Masa kecil beliau dihabiskan di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Karena pada saat itu pengasuh pondok pesantren dengan terang-terangan meminta beliau dari orang tuanya untuk dijadikan anak angkat di sana. Pendidikan beliau adalah lulusan dari Taman Siswa. Pada masa itu tidak semua orang dapat bersekolah di sana. Hanya segelintir orang saja yang bisa, termasuk salah satunya yang beruntung adalah sang kakek ini, Moestadjab Sartimin. (Bersambung….)

1 Comments:

Anonim mengatakan...

Al fatihah untuk beliau....

Posting Komentar

BELANTARA INDONESIA

by admin :

by admin :
Ponkesdes Sumber Waru. Diberdayakan oleh Blogger.
 
;