Oleh : Ust. Felix Siauw
Seseorang selalu akan menanyakan atau menyatakan apapun yang
paling penting baginya, yang paling menyita pikirannya, yang paling berarti
baginya
Misalkan, anggap ada 6 orang yang pergi ke satu restoran
dengan makanan yang sama sekali asing bagi mereka, kemudian datanglah seorang
pramusaji, lalu bertanya kepada mereka "apa yang ingin anda semua
pesan?"
A menjawab, "menu apa yang paling enak?"
B berkata, "mana menu dengan harga termurah?"
C menukas "menu khas disini apa ya?"
D membalas "yang porsinya paling banyak apa ya?"
E bergumam "mmm.. yang banyak sayurnya yang mana?"
F menyela "disini makanannya halal semua kan?"
Nah, sampai disini kita semua bisa menebak, siapa yang mementingkan
apa, yang jelas bagi F, makanan halal lebih penting daripada enak, banyak,
murah, khas, dan jenis makanan.
Artinya, walau tak sedap, sedikit, mahal, dan biasa, ASALKAN
halal itu sudah memuaskan dirinya
Apa yang kita anggap penting selalu memenuhi rongga pikiran
kita, memakan dan mendominasi pikiran kita.
Maka orang dengan mental susah selalu bertanya tentang
harga, uang, keuntungan, dunia, materi. Karena itulah yang paling penting
baginya. Ketika mencari pekerjaan pertanyaannya yang pertama adalah
"Berapa gaji yang saya dapatkan?", saat menikah dia tanyakan pertama,
"Bisakah dia membiayai keperluan hidup saya dan keluarga saya
nanti?", saat berjumpa dengan orang lain senantiasa dia bertanya "Apa
keuntungan yang bisa saya ambil darinya?
Berbeda dengan orang yang Allah segalanya baginya, yang
penting baginya ialah iman, halal, syar'i, berkah, ampunan, ridha Allah.
Karenanya pertanyaannya "Halalkah ini?", "Sesuaikah ini dengan
syar'i?", "Apakah Allah ridha?". Masalah uang bisa dicari,
keahlian bisa dipelajari, hidup bisa dijalani. Asalkan Allah tetap di hati
Jadi, berhati-hatilah dengan pertanyaanmu, karena itu menentukan siapa
dirimu, dan apa yang penting bagimu :)
0 Comments:
Posting Komentar